Indonesia Cuma Punya 30 Dokter Ahli Radiologi Nuklir

Label:


Jakarta, Perkembangan teknologi di bidang radiologi nuklir sangat pesat, sehingga keberadaan dokter-dokter spesialis radiologi makin dibutuhkan. Sayangnya di seluruh Indonesia saat ini baru sekitar 30-an dokter yang sudah menjadi spesialis radiologi nuklir.

"Spesialis radiologi nuklir di Indonesia belum terlalu banyak, mungkin baru sekitar 30 orang. Dengan perkembangan teknologi yang ada, kita masih butuh lebih banyak lagi," ungkap Dr Kardinah, SpRad dalam jumpa pers di RS Dharmais, Rabu (19/10/2011).

Menurut Dr Kardinah, jumlah dokter spesialis radiologi nuklir yang dibutuhkan tergantung pada jumlah rumah sakit yang memiliki peralatannya. Menurut peraturan yang berlaku, tiap rumah sakit yang memiliki alat-alat kedokteran nuklir harus punya 1 dokter spesialis radiologi nuklir.

Untuk wilayah Indonesia yang begitu besar, Dr Kardinah menilai 30 orang dokter spesialis radiologi nuklir masih kurang. Itu berarti belum semua provinsi memilikinya, padahal idealnya tiap provinsi harus punya minimal 1 dokter yang kompeten mengurusi nuklir.

Di RS Dharmais sendiri, dokter spesialis radiologi nuklir baru tersedia 1 orang. Meski begitu, beberapa dokter saat ini tengah disekolahkan dan untuk mengoperasikan alat-alat nuklir RS Dharmais juga bekerja sama dengan Pusat Pendidikan Kedokteran Nuklir.

Di bidang kedokteran, teknologi nuklir dan radiologi secara umum digunakan dalam proses diagnosis penyakit misalnya untuk mendeteksi kelainan-kelainan dalam di dalam tubuh tanpa harus mengoperasi. Sedangkan untuk pengobatan, radioterapi juga sering dipakai untuk menyembuhkan kanker.

Karena pada dasarnya efek radiasi bisa berbahaya, maka radiologi tidak boleh diberikan pada kondisi tertentu misalnya saat hamil. Sebelum menjalani prosedur radiologi, pasien perempuan pasti ditanyai kapan terakhir kali menstruasi sebab kalau ternyata hamil maka perkembangan janin bisa terganggu.